Diterima oleh Sekwan, Warsito SAg, rombongan mendiskusikan masalah dan solusi ekonomi di Belitung. Beberapa permasalahan pokok yang ada di Belitung terkait dengan persoalan inflasi, transformasi dari tambang ke non tambang, infrastruktur dan kerjasama antara Pemda dan Perguruan Tinggi.
“ Ada persoalan yang mengganjal kita dengan biaya hidup yang tinggi dan transformasi dari tambang ke sektor non tambang. Menurut bapak bagaimana ? “.tanya Wakil Ketua DPRD, Ishak Meirobie, S.Sn, M.Si yang memimpin rapat saat mengawali pertanyaan di depan para civitas akademika Unpad dilanjutkan dengan pertanyaan dan penjelasan kondisi perekonomian dari Eksekutif yang dihadiri olehh Kabag Perekonomian Setda, M.Iqbal, ST, Bagian Bina Program dan Pembangunan, Riyan Haryono dan Kabid Pendidikan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Junaidi yang menyoroti permasalahan inflasi, infrastruktur, penyelenggaraan beasiswa Perguruan Tinggi di Kabupaten Belitung.
Lebih kurang 2 jam audiensi berjalan lazim diskusi bertukar ilmu. Tim dari Direktorat Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Inovasi Unpad yang sebagian besar bergelar dokter menjawab berbagai persoalan. Mereka adalah Aris Firmansyah yang juga Sekretaris di Ikatan Sarjana Ekononom Indonesia, Aldrin Herwany (Dosen dan Ketua Lembaga Ekonomi dan Bisnis Unpad), Erik Febrian (Sekretaris di Program Doktoral UNPAD), Wardhana, Faridia Titik K, peneliti yang telah mempublikan tulisannya di jurnal internasional
Belitung menurut Acuviarta memiliki potensi ekononomi yang luar biasa namun harus pula diambil tindakan inovatif . Setidaknya pertemuan ini akan menjalin silaturahmi, brainstorming (dari persoalan pembangunan). “ Mudahan-mudahan juga yang dikemukakan Pak Isyak soal Inflasi dan transformasi dapat diberikan solusinya” ujar Acuviarta.
Lebih lanjut Acu, menjelaskan bahwa Belitung tidak bisa terpisahkan dengan ekonomi pertambangan. Potensi bisa dikelola bersama dengan baik. “ Saya melihat jalan menuju Bandara hancur ternyata menurut masyarakat akibat angkutan tambang. Jadi perlu duduk bersama untuk mencari keseimbangan dalam membangun ekonomi dengan basis pariwisata dan pertambangan dan perkebuna. Bagaimanapun keberadaan Bandara dengan international fligt nanti akan memberi nilai tambah bagi pembangunan di Kabupaten Belitung.
Sementara Wardhana,dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Anggota Komite Ekonomi Nasional menjelaskan cara pandang berbeda melihat struktur ekonomi pembentuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan anggaran. “ Sekedar sharing, Pak Jokowi ingin merubah nomenklatur APBN. Dalam publikasi (PDRDB) kita membagi lapangan usaha dengan migas dan non migas. Dan Pak Jokowi maunya (lapangan usaha) dibagi dalam kelompok Pariwisata dan Non Pariwisata bukan Migas dan Non Migas. Untuk itu kita harus menghasilkan produk inovatif, harus ada diversifikasi produk. Begitupun Beltim dan Belitung harus menjadi satu kesatuan (destinasi wisata).
Lebih lanjut dosen lain membagi pengalaman Bandung pasca dibukanya jalur penerbangan Bandung-Kuala Lumpur sebagai Belitung akan membuka jalur internasional Tanjungpandan-Kualumpur. Sempat terjadi gejolak ketika Bandung-Kualumpur terbuka. Yang berkembang kemudian bukan hanya wisata tetapi bisnis (ekonomi kreatif) juga berkembang melampaui prediksi sebelumnya. “ Ada 16 sektor dari ekonomi kreatif yang bisa dikembangkan.
Audiensi Anggota DPRD dan Pemda dalam pertemuan ini semakin lengkap dengan terbukanya peluang kerjasa terkait dengan beasiswa. Salah satu Tim Unpad mengungkapkan bahwa Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran merupakan satu-satunya yang “free” sehingga bisa diselipkan kerjasama dengan Belitung. Salah satu program kedepan adalah menutupi kekurangan dosen di Belitung.
Persoalan ekonomi di Belitung juga diungkapkan dari anggota DPRD yang hadir yakni Legislatif : Artiansyah, Johanes Hanibal Palit, I Bagus Diarsa, Basri, Saryadi, Marwan Putra Fajar. Pertemuan ini diakhir dengan pertukaran cinderamata dari DPRD Kabupaten Belitung dan Tim dari Direktorat Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Inovasi Unpad (*)