TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Audiensi Anggota DPRD Kabupaten Belitung dan Tim dari Direktorat Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat dan Inovasi Unpad mengindikasikan adanya keterkaitan antara isu-isu stragis daerah dengan pandangan keilmuwan yang acap menjadi bahan diskusi akademik. Hal ini terlihat dari materi bahasan di Ruang Rapat DPRD tadi, Rabu, 8 Februari 2016.
Sehari sebelumnya, Anggota DRPD Ishak Meirobie sempat mengungkapkan isu strategis pengembangan pariwisata dengan konsep One Village One Destination ketika menghadiri pembukaan Musrenbang Kecamatan Tanjungpandan, Selasa 7 Februari 2016. Sebelumnya isu strategis terkait dengan kenaikan harga komoditas terutama cabe sempat menjadi isu publik di media sosial.
Dalam audiensi dengan civitas akademika Unpad di DPRD tadi pagi, Kabag Perekenomian Setda. M.Iqbal, menjelaskan Tanjungpandan pernah mencapai rekor inflasi tertinggi 13,17 (2014). “ Kita sempat kaget inflasi tinggi tapi kondisi ekonomi masyarakat tidak heboh jadi kita heran perhitungan bagaimana?. Tahun 2015 kita malah deflasi. Tahun 2016 agak naik dan memang makanan menjadi kontributor inflasi. Iqbal yang juga anggota dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) membandingkan inflasi kota Pangkalpinang yang lebih tinggi yakni 1.72 terpaut 1 point lebih rendah dari Tanjungpandan 1,71 di awal tahun 2017 Penyebabnya karena kenaikan listrik dan STNK.
Kita juga mengalami dampak kenaikan cabe. Lantas kita membangun cluster cabe. Selera konsumen lokal memang lebih suka dengan cabe lokal selain lebih pedas, kadar air cabe lokal rendah. Komoditas lain yang juga menjadi perhatian Tim Pengendalian Inflasi Daerah terkait dengan harga komoditas yang dikendalikan kelompok bisnis (kartel) seperti beras dan semen.
Menyikapi isu-isu strategis terkait perkembangan inflasi, Tim dari UNPAD menjelaskan metode perhitungan, gejala kenaikan harga dan solusi yang mungkin bisa dilakukan. Inflasi dihitung berdasarkan indeks harga konsumen dari ratusan komoditas dan dipublikasi setiap awal bulannya oleh BPS. Ternyata inflasi Tanjungpandan sangat fantastik. Acuviarta dari Universitas Padjajaran mengungkapkan, sebagian masyarakat sering menganggap remeh Inflasi padahal kita tidak perlu menuntut upah tinggi jika stabilitas harga terkendali. “ Sebenarnya treatment (pengendalian inflasi) sederhana. Lihat saja bobot komoditas yang mempengaruhi inflasi. Misalnyar jika harga pangan yang bergejolak bisa dikendalikan dengan sistem dan pendekatan yang tepat.
Di Jawa Barat Tim Pengendalian Inflasi Daerah memantau perkembangan inflasi di 7 kota. Volatilitas dipantas (volatilitas adalah besaran pergerakan harga dari waktu ke waktu. Adapun dalam statistik, pengukurannya adalah simpangan baku atau standard of deviation). Tahun ini, inflasi terjadi karena ada tekanan tarif listrik, kenaikan harga solar. Ada juga inflasi yang disebabkan oleh permintaan meski pengaruh kurang signifikan karena kenaikan pendapatan juga tidak signifikan.
Secara khusus Acuviarta melihat problematika penyebab inflasi karena adanya pihak yang sengaja mempengaruhi pasar , bahwa inflasi semacam ini terjadi karena ada kesepakatan harga oleh kelompok tertentu yang mengendalikan harga pasar.
“ Dugaan saya Inflasi di Tanjungpandan dikarenakan struktur pasa yang tidak sempurna, indikasi inflasi dikarenakan adanya oligopoli yakni kelompok usaha yang membuat kesepakatan dan mempengaruhi harga pasar? ” .
Bagaimana treatment-nya ? Acuviarta menyarankan agar pemerintah mengintervensi pasar. Sayannya intervensi pemerintah memalui Bulog hanya terbatas pada komoditas tertentu seperti gula dan beras atau karena lambat melakukan operasi pasar, impor barang dari luar masuk. Selain itu, kelambatan intervensi ini dikarenakan proses operasi pasar menunggu keputusan Kepala Daerah, pemberitaan (informasi) harga komoditas kurang kencang atau karena menunggu analisa dari Dinas terkait yang lambat. Oleh karena itu pihak Bulog BPS harus inline (sinkron). Publikasi BPS tiap bulan dapat mengantisipasi stok komoditas tetapi ketika berita statistic muncul harusnya Bulog segera menyikapi. Dengan adanya Tim Pengendalian Inflasi, ada peran yang harus diperkuat sehingga ada tambahan pemain di tingkat pasar. Jika pemerintah tidak bisa masuk ke sektor bisnis seharusnya diambil alih oleh BUMD. Namun Acuviarta mengakui, banyak BUMD yang tidak focus dalam berbisnis. “ Saya yakin kalau instrumentnya tepat, inflasi akan terkendali” ujar Acu yakin.
Kondisi wilayah kepulauan dan cuaca juga sering mempengaruhi inflasi seperti diungkapkan Anggota DPRD Johanes Hanibal Palit, Masing-masing dosen Unpad tersebut memberikan pandangan dan cara pandang melihat pergerakan harga komoditas. Misalnya adanya perubahan midset konsumen agar tertarik dengan cabe kering bukan cabe basah agar bisa disimpan di gudang. Treatment pengendalian harga semestinya dapat memutus rantai distribusi yang panjang.” Oleh karena itu harus ada market intelegen, road map sehingga treatment action ” ungkap Acuviarta.
Dalam kesempatan ini, M Igbal mengemukakan perlu adanya studi ekonomi untuk mendorong akselerasi diberbagai sektor ekonomi terutama sector-sektor ungulan yang mampu mewujudkan Visi Misi Kabupaten Belitung. (*)