Meskipun Perpres Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional lebih berorientasi pada penyediaan infrastruktur namun dampak dari proyek strategi nasional khususnya di bidang pariwisata akan berdampak pula pada kondisi kesehatan masyarakat. Karenanya, dibutuhkan keterpaduan sektoral dalam mewujudkan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Sebagaimana tertuang dalam Renstra Kementerian 2015-2019 yang mengacu pada Visi, Misi, dan Nawacita Presiden sesuai peraturan yang ditetapkan pada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, penyelenggara pembangunan kesehatan harus sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku dunia usaha dan masyarakat guna tercapainya sasaran pembangunan kesehatan.
Dihubungi BB dari Denpasar, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung dr. Suhandri Sp,OG mengungkapkan, di tingkat Kementerian (Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata) sudah ada kesamaan persepsi dalam mendukung program penunjang percepatan pengembangan 10 destinasi pariwisata, salah satunya destinasi Tanjung Kelayang. Nanti, pada tanggal 28 Februari 2017 pihak Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pariwisata akan menandatangani MOU bersama untuk menindak lanjuti kebijakan percepatan tersebut “ kata Suhandri
Ditingkat internasional telah muncul organisasi yang menghimpun para peminat baik perorangan maupun perkumpulan di bidang ini dari berbagai negara, yang bernama “International Society of Travel Mecine (ISTM), sedangkan di tingkat regional muncul Asia Pasific Society of Travel Health (APTH). Pada tanggal 1 Agustus 1997 didirikan di Jakarta suatu organisasi yang bernama Perhimpunan Kesehatan Wisata Indonesia (PKWI) atau dalam bahasa Inggris disebut Indonesia Travel Health Society (ITHS). Dengan mempertimbangkan peningkatan kunjungan wisata ke Belitong, maka sudah saatnya konsep travel medicine ini dipertimbangkan oleh Pemerintah dalam membangun industri pariwisata.
Sementara itu, Kementerian Pariwisata mentargetkan 12 juta turis di 2016. Tahun 2017, targetnya naik dengan kunjungan turis terbanyak diproyeksi dari China. Target Kementerian Pariwisata ini, tak pelak ditangkap pelaku usaha di Belitong. Bertempat di Leebong Island, ada kompetisi Wisata Halal yang digagas oleh Kementerian dan hingga kini sudah terjaring 113 destinasi wisata sebagai kontenstan.
Di lokasi berbeda, Ketua Umum Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI), Jauhari Somad. Baru-baru ini (20/2) mengaungkan bahwa Belitung layak untuk menjadi destinasi “Wisata Halal”. Ia mengemukan sejumlah alasan,salah satunya mayoritas penduduk Muslim, kulinernya tentu akan berbeda dengan di Bali. Hal ini bukan karena pertimbangan religi semata, tapi pada pemikiran wisatawan tentang konsep kesehatan makanan. Hal ini tentu menarik bagi wisatawan Arab.
Namun konsep wisata halal tidak berhenti pada kuliner, sebagaimana terungkap pada saat launcing Wisata Halal di Leebong Island. Wisata halal mencakup perilaku ramah di airport, rasa damai hidup berdampingan antar etnis hingga sarana dan prasarana yang bersih. Tentunya hal ini tidak terlepas dari kondisi fisik dan mental seseorang baik wisatawan maupun penyaji layanan wisata.
Bagaimana sesusungguhnya keterkaitan kesehatan terhadap destinasi wisata?
Menurut dr.Suhandri Sp,OG health, hygiene and sanitation environmental merupakan faktor yang sangat menentukan dalam meningkatkan kunjungan wisatawan baik wisata nusantara maupun wisatawan mancanegara.
Pengaruh sisi positif, aspek kesehatan dipertimbangkan dalam pelayanan pariwisata akan berdampak bagi ekonomi masyarakat. Sebaliknya, pengelolaan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan tidak dilakukan dengan memadai akan muncul penyakit dan mempengaruhi perilaku seseorang.
Harus diakui, gaung pembangunan kesehatan dikaitkan dengan pariwisata di Belitung, tidaklah sebesar gaung sektor perhubungan. Penyediaan live jaket, ketersediaan waterclose (WC) memang dibicarakan namun hanya bersifat lokalitas pada objek wisata. Begitupun ketika terjadi kondisi cuaca dan temparatur yang ekstrim, pemandu wisata mengeluh dengan tingkat kunjungan . Namun yang tak kalah penting perubahan iklim, cuaca atau temperatur tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi berpengaruh terhadap fisik dan mental seseorang.
Kondisi fisik dan mental ini jarang sekali melibatkan tenaga kesehatan. Ada wisatawan yang alergi dengan tanaman laut atau memiliki riwayat kesehatan yang tidak memungkingkan untuk menikmati objek wisata seperti pegunungan semestinya menjadi pertimbangan dalam pengembangan pariwisata. Selain persoalan lingkungan seperti sampah. Padal hal-hal ini berpengaruh besar terhadap perkembangan pariwisata di Belitung khususnya dikaitkan dengan gagasan Wisata Halal
Konsep pengembangan destinasi wisata sekarang ini makin inovatif seperti konsep Wisata Halal. Karenanya, apapun dampaknya perlu menjadi isu pembangunan kesehatan sebagaimana dukungan Kementerian Kesehatan dalam percepatan pengembangan 10 destinasi Pariwisata Pariwisata Prioritas di Denpasar (20-22 Februari) yang diikuti oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung, dr.Suhandri Sp,OG. Ini menunjukkan pemerintah Kabupaten Belitung berusaha mengantisipasi dampak perkembangan sektor unggulan yang dicanangkan. (Fithrorozi/Suhandri)
Kita sebagai negara islam memang harus menyediakan wisata dan destinasi halal..
Pokonya maju terus Belitung, maju terus Indonesia
Sangat bagus dan bagusnya bisa di tiru oleh kota kota lain,,,
Maju terus Keminfo blitung menuju yang lebih baik