SIJUK, DISKOMINFO – Dipimpin dukun kampong, masyarakat nelayan Sijok memanjatkan doa, meminta keselamatan kepada Allah dalam tradisi Selamatan Laut yang dilangsungkan di Pantai Penyaeran Sijok, Sabtu pagi (11/3). Selamat Laut merupakan khazanah budaya Belitong hingga kini belum dianggap sebagai bagian dari pengembangkan sektor wisata.
Suasananya memang tak seramai pelaksaaan Hari Pers Nasional di Tanjong Kelayang meski jaraknya tidak berjauhan karena memang tidak ada undangan khusus untuk pejabat baik dari Pemerintah Kabupaten atau Pemerintahan Desa. Pelaksanaannya terbilang sederhana, dipimpin dukun kampong, Kik Sahani dan dihadiri masyarakat nelayan dari tiga dusun yakni dusun Ulu, dusun Piak Aik dan dusun Simpang Empat.
Kehadiran warga dari tiga dusun ini menunjukkan taatnya masyarakat terhadap pemimpin (dukun kampong). Sebaliknya dukun kampung hanya memimpin doa keselamatan selebihnya tergantung dari tindak tanduk, tingkah laku masyarakat sendiri.
“Dari tradisi selamat laut ini, setidaknya orang akan berpikir bahwa Sijok tidak hanya memiliki tradisi selamat kampong bagi petani tetapi juga ada selamat laut bagi nelayan. Hanya saja perlu dikembangkan untuk menambah atraksi wisata karena ini juga khazanah budaya kita“ ujar Achmad Hamzah mengulangi kata-katanya dalam sambutan tadi pagi .
Selamat laut di Pantai Penyaeran tampak berbeda dibandingkan dengan ritual serupa di bagian Selatan pulau Belitong apalagi dengan konsep selamat laut dalam ritual Muang Jong oleh Suku Sawang. Pelaksanaan Selamat Laut di Sijok lebih mengedepankan nilai-nilai Islam meski mengakui keberadaan ‘urang sanak’ dan menekankan kebaikan sesama manusia. Yang dimaksud urang sanak tidak lain adalah roh-roh halus berbeda alam.
Oleh karena itu dengan doa dalam Selamat Laut ini harus ditindaklanjuti dengan menjaga sikap tingkah lalu masyarakat sendiri . “Banyak kejadian aneh kita orang berbuat tidak senonoh. Orang kampung mengkaitkan dengan legenda batu rakit”. Kata Sutami yang juga Ketua Desa Wisata Kuale Sijoek. “Disini banyak legenda yang berkaitan dengan keharusan menjaga adab sopan santun seperti Legenda Batu Rakit, Legenda Bujang Anom yang tidak hanya diyakini warga Sijok” katanya.
Sijok menjadi pusat yang mempertemukan masyarakat dari lima penjuru yakni arah Pegarun, arah Aik Selumar atau Aik Manau, dari arah Tanjong Tinggi, Sungai Padang dan dari arah Pelepak Pute. Dengan begitu beragam perilaku ada namun keberagaman itu justru menjadi berkah. “Masyarakat Sijok sudah lama dikenal sebagai masyarakat yang toleran. Disini ada Sekolah Arab yang berdiri sejak tahun 1950an, ada lima mesjid tua dan klenteng bersejarah serta Kampong Cina yang dikenal masyarakat dengan sebutan Lurong Jering” jelas Sutami.
Sutami optimis, Sijok berpotensi menjadi Desa Wisata andalan dengan dukung peran aktif masyarakat. “Saya sempat menggaungkan slogan ‘Gebrakan Dewi Kuase Besinar’, kepanjangan dari Gerakan Bersih Halaman Kampong Desa Wisata Kuale Sidjoek Bersih Sejuk, Indah, Nyaman, Alamiahdan Ramah”. Slogan ini menurut Sutami sebagai upaya menjaga tingkah laku kita khususnya dalam mengembangkan Desa Wisata. Duduk sama rendah dan merasa setara dengan permukaan laut Cina Selatan.
Bersama komunitas ‘Sekula Tani Rakyat’ Sutami berencana memadukan pengetahuan pertanian lokal dengan pengembangan wisata seperti Wisata Nale. Pengujung diajak menanam atau mencabut singkong lalu dimakan bersama-sama. Dalam waktu dekat manajemen Desa Wisata Kuale Sidjoek akan membuat film dokumenter pembuatan belacan (terasi) Sijok dan merevitalisasi legenda rakyat seperti Legenda Batu Rakit, Legenda Bujang Anom dan mitologi yang masih tercecer di masyarakat.
Keberadaan Desa Wisata Kuale Sidjoek ataupun komunitas ‘SETARA’, bak Bujang Anom yang berdiam di Batu Rakit. Ia menjaga wilayah, mengusir lanun. Keinginannya sama, ingin menjaga dan mengembangkan Sijok. Melalui program pengembangan Desa Wisata Kuale Sidjoek, Sutami ingin mengeksplor Sijok lebih dengan mengembangkan wisata atraktif, wisata kuliner, wisata religi. Sutami yakin dengan menjaga tingkah laku, Sijok akan menuai berkah seperti doa yang dipanjatkan dukun kampong. Kelamatan dimohon bersama-sama, agar nanti menuai berkah.
Selain dihadiri tokoh-tokoh masyarakat dari tiga dusun, Selamat Laut di Pantai Penyaeran ini juga dihadiri staf dari Dinas Pariwisa dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Belitung dan Association of Sales Travel Indonesia (ASATI), Lia Mustani. (fiet)