JAKARTA, DISKOMINFO – Tahukah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk promo tour album lagu? Dua bulan, sebulan, atau tiga hari. Jawabnya tidak ada yang pasti. Tergantung seberapa besar target yang ingin dicapai. Entah berapa banyak artis dunia ber-promo tour ke Indonesia. Coba saja dicari di google: promo tour . Clik !, jangan kaget ternyata yang muncul bukan album lagu melainkan informasi paket-paket tour wisata.
Tour bermakna perjalanan, sedang promo identik dengan pemasaran. Artinya perjalanan apapun yang bertujuan untuk memasarkan sebuah produk bisa disebut promo tour. Kesan ini juga saya tangkap dari perjalanan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung (Kadispar), Ir.Hermanto. Dalam dunia birokrasi dikenal banyak istilah perjalanan seperti perjalanan dinas, kunjungan kerja, studi komparasi dan sebagainya.
Belum genap sebulan, Kadispar hadir bersama Profesor Ibrahim Komo memberikan kuliah Geopark dihadapan 300an mahasiswa, dilanjutkan dengan penandatanganan MOU antara Badan Pengelola Geopark Pulau Belitong dan Rektor Universitas Pertamina di Jakarta. Lalu berturut-turut, Kadispar bersama tour operator melaksanakan direct promotion mengikuti pola yang digagas Kemenpar yakni direct promotion dengan table top ke Tanggerang Selatan.
“Jangan tanya komentar ya. Ini baru pulang, capek “, kata Kadispar. Namun dokumen dan informasi yang disampaikan melalui media digital cukup jelas apa yang diinginkan dari pertemuan kerjasama pengelolaan wisata antara Kabupaten Belitung dan Kota Tangerang Selatan. (baca: Sekali Dayung, Dua Pulau Terlampaui). Kerjasama antar daerah di dunia wisata bukan hanya lewat direct promotion. Sebelumnya Belitung sempat menggaungkan konsep ‘Sister City’ dimana kerjasama didasarkan pada kesamaan karakteristik wilayah (fisik) lalu tercipta konsep pengembangan.
Capek, tentu saja. Karena lazimnya promo tour sudah terjadwal dengan ketat. Kalaupun bisa tidur, jarang bisa lelap karena materi untuk agenda berikutnya sudah menanti. Dan dugaan tidak melesat. Seperti kemarin (15/6), Kadispar sudah mengirim kegiatan promo tournya. “Hari ini (16/3) di Balairung Soesilo Soedarman Kemenpar RI “ tulisnya.
Tour kali ini bukan dalam bentuk direct promotion, tetapi lebih bersifat koordinatif yang bermuara pada eksitensi usaha pariwisata yakni Rapat Koordinasi Sertifikasi Usaha Pariwisata. Padahal baru tadi siang, saya bertemu himpunan pengusaha muda yang berhimpun untuk menguatkan usaha kecil. Sebagian besar berbasis pariwisata. Bak gayung bersambut, rapat koordinasi pun menjadi ajang ‘promosi terselebung’. Bukan dengan direct promotion melainkan dengan ‘silent complaining’-usaha kecil ingin berlindung, pemerintah mencari jalan keluar.
Bagaimana jalan keluarnya, Kadispar tidak bicara banyak, ia hanya mengirimkan dokumen Berita Acara Kesepakatan Rakor Sertifikasi Usaha Pariwisata berbunyi:
- Komitmen untuk mendukung pelaksanaan percepatan pendaftaran Usaha Pariwisata (TDUP) dan pelaksanaan sertifikasi usaha pariwisata.
- Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kegiatan sertifikasi Usaha Pariwisata antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Sertifikasi dan Asosiasi Industri Pariwisata dalam pembangunan usaha pariwisata.
Dan berita Acara Kesepatan di Kamis 16 Maret 2017 ini, disaksikan oleh pejabat Kementerian Pariwisata, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi se-Indonesia dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota di 10 destinasi prioritas termasuk Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata, Assessor Bidang Pariwisata dan Kementerian/Lembaga Terkait. Semoga Promo Kadispar ini tidak sia-sia dan disia-siakan (fiet)