TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Perias pengantin yang disebut Mak Inang memilki peran secara fungsional dan simbolis dalam perkawinan adat tradisional Belitong. Mak inang, tukang tanak dan pengulu gawai dalam prosesi berebut lawang adalah pemberi nasehat. Dengan pantun tukang tanak berpesan agar laki-laki harus mampu menafkahi keluarga, pengulu gawai berpesan agar laki-laki sebagai kepala keluarga harus mengatur rumah dan mak inang berpesan agar pandai-pandai menciptakan suara yang indah, damai dalam berumah tangga.
Kegiatan Seminar dan Lomba Rias Pengantian ini diselenggarakan oleh Rumah Pengantin Novie Asnawi yang beralamat di desa Jangkang, Kecamatan Dendang didukung oleh Inez Cosmetic Jakarta. Dengan dua narasumber yakni Asnawi dan Ade Ramadani, perias pengantin juga turu menjadi narasumber dari Jakarta. Menurut Asnawai, kegiatan ini merupakan ajang lanjutan persiapan ke Lomba Baju Penganten Modifikasi Seluruh di Gedung Adiguno TMIII , 13-14 April 2017 .
“Kegiatan tidak sampai disini tetapi berlanjut. Karena setelah ini ada Lomba Pakaian Pengantin Modifikasi Seluruh Indonesia “ kata Asnawi dii hadapan Bupati Belitung Timur dan Wakil Bupati Belitung dan peserta seminar dan lomba. Asnawi berharap ada dukungan moril dan material. Dari kegiatan ini bukan mustahil berlanjut ke tingkat dunia. Asnawi yang sering menghadiri ajang promosi rias pengantin nasional di luar negeri menjelaskan bahwa hasil lomba di Belitung ini menjadi pertimbangan untuk tampil di ajang serupa bulan Juli nanti di Perancis. “bulan November 2016 di kita ikut hadi di lomba serupa di Hongkong” jelas Asnawi
Wakil Bupati Belitung, Drs Erwandi A Rani dalam sambutannya juga menekankan perlunya memahami tradisi budaya masyarakat Belitong dan memperkenalkannya ke tingkat yang lebih luas saat menghadiri kegiatan Seminar Kecantikan Trend 2017 dan Lomba Rias Pegantin Belitong ini diselenggarakan di Pandan House Restaurant Tanjungpandan pada tanggal 28 Maret 2017.
Wabup menekankan perlunya menggali tradisi budaya, salah satunya dari Pak Nawi, sosok perias penganti yang juga guru di SDN 4 Dendang, Belitung Timur. “Memang yang diadakan lomba modifikasi tapi kalau bisa jangan sampai meninggalkan tradisi“ ujar Wabup.
Dari target sebanyak 200 peserta Seminar Kecantikan Trend 2017 yang hadir 100 perias sementara jumlah peserta lomba sebanyak 23 peserta Menurut Nawi, trend kecantikan tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, make up tidak berlebihan, lebih minimalis. “Umumnya mereka pendatang baru namun punya perlengkapan yang cukup.“ ujar Asnawi. Perias pengantin yang juga anggota dari Lembaga Adat Belitong Timur kerap didaulat sebagai narasumber di berbagai kegiatan termasuk dalam penyusunan Perda berkaitan Pakaian dan Tata Rias dan Asesoris Pakaian Adat Belitung Timur.
Menurutnya perias pengantin sekaarang lebih banyak fokus pada make up sementara banyak yang tidak memahami pakem tradisi. Lebih banyak modifikasi sedang tradisi ditinggalkan. “Pemasangan asesoris juga banyak yang salah. Yang wajib harus ada beringin, jamang, kalong tumpak tige, teratai atau dalam bahasa Belitong disebut bebe atau tada luda. Begitu juga dengan bepacar. Tradisi Belitong pacar yang dikenakan di kuku tidak sampai ke permukaan tangan “ tambahnya.
Secara keseluruhan tahapan tata rias pengantin dimulai dari pemakaian pacar, mandik berias yakni mandi pertama dilakukan pengantin, andam rambut atau menghilangkan rambut halus antara ubun dan dahi, membuat sanggul, barulah bedandan (make up). Pelaksanaannya dilakukan sebelum prosesi mandi besimbor.
“Setelah di make-up barulah keesokan harinya dilaksanakan mandi besimbor. Sebenarnya adat Belitong itu sederhana dalam tata rias “ kata Nawi mencontohkan kesederhanaan daman membuat sanggul sembari memprakteknya dengan lima jari dari adam dan tujuh dari tengkuk baru disisir, diikat dan dirapikan, jelasnya.
Dalam tradisi mandik besimbor digunakan mayang pinang, lilin, benang tujuh lapis, teluk dan cermin saat sebagai perlengkapan prosesi mandik besimbor dilanjutkan dengan proses menginjak telur, melompat benang yang dipegang kedua orang tua, menjatuhkan aik asrakal dengan kain putih sebelum akhirnya menuju kamar yang dihiasi bua butun.
Tahap berikutnya adalah prosesi berebut lawang. Setelah penganten laki-laki melewati lawang kedua yang dijaga pengulu gawai dan lawang pertama dijaga oleh tukang tanak barulah disambut Mak Inang di lawang ketiga. Dimana Mak Inang menjaga lawang ketiga menghadang pengantin laki-laki dengan pantun sebagai simbol bahwa biduk rumah tangga itu mestinya dihiasi dengan kedamaian dan keindahan.
“Pengantin dimasukkan kedalam kamar oleh Mak Inang, kemudian mempelai perempuan menyembah suaminya barulah barulah keduanya dihadirkan ke pelaminan diiringi tabuhan. Namun mempelai tidak boleh langsung dikursi pelamin kecuali setelah pukulan tahtim pada hadra.
Pengulu Gawai menyuruh tukang ngambik (menjemput) penganten dan kepada melaporkan sahibul hajat bahwa sanak keluarga mempelai laki (besan) sudah tiba. Setelah setelah pengulu gawai mempersilahkan utusan mempelai laki membuka sesarahan untuk mempelai perempuan, didengar seluruh majelis. Setelah kedua mempelai bertemu, diperkalkan kepada majelis yang sebelumnya dibacakan doa selamat dan nyembah kepada orang tua dan tokoh masyarakat seperti kik dukun, nuje yang hadir di dalam rumah didampingi Mak Inang
Juri dalam lomba yang diikuti oleh 23 model peraga dan perias adalah Achmad Hamzah, Rohalbani, Astuti dari Perwira (Perkumpulan Wanita Wirausaha). Dari penilan juri didapat 3 pemenang Lomba Rias Modifikasi Pakaian Penganten Belitong. Juara 1, Linda Salon Tanjungpendam, Juara 2 Mala Manggar Beltim, Juara 3 Salon Endang Paal Satu. Kegiatan diselenggarakan di Pandan House bekerja sama bekerja sama dengan Rumah Pengantin Novie Asnawi. (fithrorozi)