TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Kontribusi pariwisata menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Erawan (1999) pada tahun 1998, dampak pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan masyarakat mencapai 45,3% sedangkan dampak dari investasi di sektor pariwisata adalah 6,3%.
Data diatas merupakan kutipan dari latar belakang pada draft laporan pendahuluan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dari Febian Garvin mahasiswa KKL-3 itu yang akan mengkaji partisipasi masyarakat terhadap perkembangan pariwisata. Judul “Pengembangan Geopark Belitung Berbasis Peran Serta Masyarakat”. Mahasiswa lain, Amanda tertarik meneliti keberadaan suku sawang di Kecamatan Gantung, Belitung Timur. Risqi yang tertarik meneliti keberadaan seni tradisi Dul Mulok di Kembiri, bahkan sudah mengumpulkan data termasuk narasumber di desa Kembiri.
Kehadiran mahasiswa KKL-3 UI adalah kesekian kali dari kegiatan serupa. Sebelumnya ada mahasiswa STIS, UGM, UBB yang melakukan hal yang sama. Kegiatan ini tidak terlepas dari apa yang disebutkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pengabdian masyarakat
“KKL-3 ini adalah tindaklanjut dari MOU yang pernah kita lakukan sebelumnya dengan Pemerintah Daerah. Jadi kita tidak hanya bersepakat diatas kertas namun ada kegiatan nyata yang dilakukan di lapangan. Ini menjadi bagian dari pengabdian masyarakat “ujar Drs. Sobirin yang mengaku sudah beberapa kali datang ke Belitung.
Malam ini, Minggu 2 Maret 2017 dua orang wisatawan mancanegara (Wisman) sembari menikmati sajian sambal serai (fragrant grass) sempat mengungkapkan kepada pramuwisata, perbandingan dua tempat: Belitung dan Singapura “ Singapura, kota yang polusi. Di Belitung, langitnya masih biru dan penuh pohon“ ujar Karen dan Micelle berkebangsaan Mexico dan Italia. Mereka mendapatkan aroma humanisme di Belitung berbeda yang mereka temuai di Singapura. If you happy. I’m happy.
“Kalau kepentingan dinas sudah sering, kalau berwisata baru dua kali, kalau ketiga…” Sobirin sejenak menjeda ucapannya cukup panjang. Menurutnya, persolan yang membuat wisatawan enggan datang berkali-kali ke Belitung karena yang dilihat monoton sehingga perlu adanya event atraktif dan kreatif.
Ketika ia sampaikan kepada Kepala BP4D Belitung Timur, Peris Nainggolan, diskusi kecil berkembang. Bagaimana menghadirkan wisata malam, bagaimana menarik wisatawan untuk menginap di Belitung. Dari sekian pertanyaannya, Peris menyikapinya dengan mengungkapkan sejumlah rencana pembangunan sejumlah tempat penginapan bernuansa alam. Kendala Belitung Timur yang diungkapkan oleh Sobirin bukan hal pertama, tak lepas dari Bupati Belitung Timur Basuri Tjahya Purnama pernah mengeluhkan kondisi yang sama.
Merujuk pada data yang diperoleh Febian Garvin dari Dinas Pariwisata di dua Kabupaten, pada akhir tahun 2016 jumlah kunjungan wisata di Belitung mencapai 292.885 wisatawan terdiri dari 285.772 wisnus atau 95,47 persen dari total wisatawan dan 7.112 wisman atau 2,43 persen dari total wisatawan. Sementara kunjungan wisata di Belitung Timur mencapai 230.428 wisatawan terdiri dari 230.428 wisnus atau 99,00 persen dari total wisatawan dan 2.443 wisman atau 1,00 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke Belitung Timur.
Ketertinggalan dari tingkat kunjungan wisata ini terlihat diawal-awal tahun hingga mendekat bulan Agustus. Namun pada akhir tahun tingkat kunjungan di dua kabupaten ini relatif lebih kompetitif.
Perencanaan spasial di dua kabupaten khususnya dalam pengembangan kawasan pariwisata mulai terintegrasi ketika munculnya gagasan mengelola secara bersama-sama Geopark Pulau Belitong. Bisa jadi laporan kajian di lapangan yang dilakukan oleh Febian adalah kajian pertama pasca ditandatanganinya MOU pengelolaan Geopark pulau Belitong. (fithrorozi).