Al-Ma’arij Menapak Tangga Kebajikan

TANJUNGPANDAN, DISKOMINFO – Basyar Ismail merasa lega, akhirnya mesjid Al-Ma’ari diresmikan. Sebagai Ketua Yayasan Mesjid dan juga Ketua Pembangunan Mesjid ia merasa bertanggungjawab dengan pembangunan mesjid. Bukan karena dana pembangunan berasa dana APBD tetapi jauh lebih penting adanya kesadaran bahwa membangun mesjid ini adalah sebuah kebajikan.

Mesjid yang sempat terbakar ini direhab dengan biaya sebesar Rp.1,9 milyar yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada Sabtu 8 April 2017 diresmikan oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung H. Rustam Effendi bersama Bupati Belitung H. Sahani Saleh.S.Sos. Peresmian ini juga dihadiri oleh pengurus-pengurus mesjid dari 20 mesjid yang ada di Kecamatan Tanjungpandan.

Awalnya Al Ma’arij hanya surau dengan jemaah yang terbatas, didirikan tahun 1982. Sholat Jum’at pertama kali dilaksanakan pada tahun 1991. Sejak itu Al-Ma’arij berubah status menjadi Mesjid Jamik bersamaan dengan di-SK-kan sejumlah mesjid di Kecamatan Tanjungpandan menjadi Mesjid Jamik oleh Pemerintah Tk II Belitung termasuk mesjid Asy Syura Pangkallalang dan Al-Khoir di Paal Satu.

Nama Al-Ma’arij diusulkan oleh Guru Dula, guru SDN 11 Tanjunpandan kala itu. “Menurut guru Dula, Ma’arij berarti tangga-tangga yang menanjak” kenang Basyar. Menyebut Al-Ma’arij teringatlah pada dua nama nama, Guru Dula – Abdul Rauf Manan pemberi nama Ma’arij dan H. Abdulah Naiman, yang sempat menjadi Ketua Mesjid Al Ma’arij. Persamaannya, kedua Dullah itu tidak sempat melihat kemegahan Al Ma’arij termasuk tangga menanjak yang diartikan Guru Dulla. Keduanya meninggal sebelum mesjid ini rampung. Al-Ma’arij akan menapak tangga kebajikan dikemudian hari.

Kuatnya nawaitu (keinginan) melihat Al-Ma’arij megah berdiri dan menampung banyak jemaah sempat tertunda. Mesjid Al-Ma’arij sempat dilalap api di bagian atas mesjid. Tak lama setelah itu, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung bersama jajarannya berkunjung ke Belitung, kesempatan ini dimanfaatkan Ketua Yayasan untuk mengajak Gubernur berjamaah di Mesjid Al-Ma’arij.

Berawal dari silaturahami ini terjadi dialog lalu muncul gagasan untuk merehab Al-Ma’arij. “Awalnya hanya perlu Rp500 juta untuk merehab bagian atas. Namun Rustam (Gubernur) menyarankan untuk membuat proposal pembangunan. Didapatlah angka Rp3,5 milyar. Ternyata angka ini terlalu besar hingga diturunkan menjadi Rp1,9 milyar. Angka terakahir inilah yang digunakan untuk membangun mesjid” kenang Basyar.

Tetapi proposal yang diminta Gubernur ini tidak semulus yang diperkirakan. Tahun 2015 proposal pembangunan disetujui oleh DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, tetapi begitu dicek ulang ternyata tidak tercantum pada DPA dinas teknis di Pemerintah Provinsi. Alhamdulilliah tahun 2016 rencana rehabilitasi Mesjid Al-Ma’arij terealisasi dengan waktu pengerjaan 120 hari.

Mesjid Al-Ma’arij yang memiliki luas 15×17 meter berstruktur dua lantai dengan luas ruang bersih 12,64 x 15,64 (lantai bawah) yang dapat menampung sebanyak 400 jemaah didasarkan luasan orang duduk bersila. Kini penampilan Al-Ma’arij lebih megah dari sebelumnya. Jamaah yang memakmurkan mesjid pun merasa dimuliakan karena lantai dasarnya ditinggikan. Nama yang diusulkan Guru Dulah makin mendekati kenyataan. Ma’arij yang berati tangga menanjak membuat jamaah tampak dimuliakan.

Posisi lantai yang lebih tinggi ternyata juga punya kisah tersendiri. “Waktu menimbun kita hampir tidak mengeluarkan biaya, pasirnya cuma-cuma kecuali ongkos angkut yang kita ambil dari dana mesjid“ ungkap Basyar. “Pembangunan ini terlihat megah dikarenakan ada nawaitu yang kuat dari pihak yang terlibat. Bukan sekedar membangun tetapi ingin bersedekah” tambah Basyar seperti ingin menguatkan tangga-tangga kebajikan dibalik nama Al-Ma’arij.

Kepada Gubernur, Basyar Ismail mengungkapkan alasan kenapa Al-Ma’arij tampak megah. Ketua Mesjid yang juga pengurus Gapensi memahami bagaimana mekanisme pelaksanaan proyek pembangunan di lingkup pemerintah. Oleh karena itu prinsip-prinsip dan hambatan yang biasa terjadi sudah diantispasi agar dana yang dikucurkan dapat bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat juga dilibatkan dalam pengawasan pembangunan. Pelaksana dan konsultan pengawas memahami nawaitu dari jamaah mesjid Al-Ma’arij.

Mantan Anggota DPRD Provinsi Bangka Belitung periode 2009-2014, Abdullah Ma’ruf turut mengomentari pemanfaatan dana bantuan mesjid ini. “Sekitar 2010 bantuan sosial jumlah bantuan sosial di Bangka Belitung mencapai Rp.250 milyar pertahun. Tak mudah mendapat bantuan sosial karena proposal menumpuk. Karenanya proposal perlu dikawal. Kalau perlu ditunggu beberapa jam sebelum disahkan. Sekarang ada Perda Provinsi mengenai penyaluran bantuan sosial” kata Abdullah Ma’ruf.

Kini Basyar merasa lega. “Tinggal mengajarkan kik nuje menggunakan vacum cleaner” katanya. Target berikutnya Ketua Yayasan Mesjid Al-Ma’ari ini berencana menyusun Kepengurusan Mesjid yang baru “Yayasan Mesjid Al–Ma’arij sudah ada sejak tahun 2014 dan saya ini hanya ketua sementara hanya untuk mengejar dana. Nanti akan diadakan Rapat Pemilihan Ketua dan pengurus Yayasan” tambah Basyar. Menurutnya, keberadaan Yayasan menjadi penting, lewat Yayasan banyak yang bisa dilakukan termasuk menjadikan Mesjid sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.

Yayasan memegang peran penting dalam pengembangan rumah ibadah, tidak hanya berlaku untuk rumah ibadah agama Islam melainkan untuk agama lain pun sama.

Karena tidak ada ruang tidur, akan banyak hal jika ada yang menginap terlepas mereka adalah musyafir atau bukan ujar Basyar. Ia idak menampik dalam sejarah Islam terdapat riwayat yang menjelaskan mesjid digunakan untuk menginap. Saat kemalaman dalam perjalanan, kaum Anshar menjadikan mesjid untuk menginap sementara. Namun istilah menginap di mesjid dimasa sekarang perlu dilihat apakah karena membantu musafir atau justru bertentang dengan fungsi bangunan itu sendiri. (fithrorozi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *