TANJUNGPANDAN, Tepat 17 Agustus tahun ini, Indonesia memasuki usia yang ke-73 sejak diikrarkannya proklamasi kemerdekaan bagi seluruh bangsa Indonesia oleh Bung Karno dan Bung Hatta. Sedangkan 1 Juli yang lalu oleh seluruh masyarakat Kota Tanjungpandan diperingati sebagai Hari Jadi Kota Tanjungpandan (HJKT) ke-180. Kedua peringatan ini tentulah memiliki makna terdalam bagi seluruh elemen bangsa Indonesia, utamanya pula bagi seluruh masyarakat Kota Tanjungpandan.
SEJARAH
Sejak Abad X, perairan Belitung merupakan rute alternatif dalam Jalur Sutra Maritim dunia. Menurut sejarah, Kota Tanjung Pandan dimulai dari permukiman kecil di sekitar pertemuan Sungai Cerucuk dan Sungai Siburik. Keberadaannya diketahui pada tahun 1759 ketika Residen Palembang berkunjung ke Kerajaan Balok. Permukiman ini kemudian berkembang dan disebut Kampong Iler karena terletak di hilir Sungai Siburik.
Dari Kampung Ilir, kemudian berpindah ke Kampong Gunong. Di sini, KA Rahat tinggal di rumah panggung yang didirikan di atas lumpur. Pada tahun 1854, di Kampong Pandan dibangun gudang penyimpanan dan kamar untuk menginap. Ketika KA Mohammad Saleh menggantikan KA Rahat yang wafat, ia memindahkan pusat pemerintahan ke Kampong Ume. Keempat kawasan inilah yang pada mulanya membentuk Kota Tanjungpandan, dengan jam gede sebagai pusatnya.
Dengan bertumbuhnya Kota Tanjungpandan awal, kampong-kampung lainnya tumbuh di sekitar kota Tanjungpandan, di antaranya : Kampong Los Singke’, Kampong Parit, Kampong Ujong, Kampong Baro, Kampong Pangkal Lalang, dan Kampong Paal Satu.
bersambung…
***(Zakina)